SUSTER ALIM

| Cuaca malam itu sungguh tidak bersahabat diman sejak jam sebelas tadi hujan gak kunjung berhenti deras
sekali disertai petir yang menyambar, di depan pintu kamar periksa ada pak Yoga, dia seorang dokter
yang sedang piket terlihat dia sedang asyk membaca buku. Umurnya yang kepala tiga masih nampak cakep
dan gagah.

Hampir delapan tahun dia bekerja di rumah sakit ini, dia mempunyai istri yang masih muda dikarunia dua
anak yang masih lucu lucu, karena sudah delpan tahun bekerja disini maka kesepian udah menjadi
makanannya setiap hari apabila dia saat jaga terdengar suara aneh sosok bayangan tapi hal itu di buat
biasa karena sudah kebal.

Pak dokter Yoga masih terus juga membaca buku yang sengaja dia bawa dari rumah. Hening sekali suasana
di sana, bunyi yang terdengar hanya bunyi rintik hujan, angin. Tak lama kemudian terdengar bunyi lain
di lorong itu, sebuah suara orang melangkah, suara itu makin mendekat sehingga mengundang perhatian
dokter itu.

“Siapa tuh ya, malem-malem ke sini ?” tanya dokter Yoga dalam hati.

Suara langkah makin terdengar, dari tikungan lorong muncul lah sosok itu, ternyata seorang gadis
cantik berpakaian perawat dan berjilbab lebar. Di luar seragamnya dia memakai jaket cardigan pink
berbahan wol untuk menahan udara dingin malam itu. Suster itu ternyata berjalan ke arahnya.

“Permisi, Pak” sapanya pada Yoga dengan tersenyum manis.

“Malam Sus, lagi ngapain nih malem-malem ke sini” balas Yoga.

“Ohh…hehe…anu Pak abis jaga malam sih, tapi belum bisa tidur, makannya sekalian mau keliling-keliling
dulu”

Dokter Yoga bingung sebab tidak tahu kalau suster itu juga jaga. Maka Yoga bertanya, “Oh iya kok saya
rasanya baru pernah liat Sus disini yah ?” tanya Yoga.

“Iya Pak, saya baru pagi tadi sampai disini, pindahan dari rumah sakit *****” jawabnya, “jadi sekalian
mau ngenal keadaan disini juga

“Oo…pantes saya baru liat, baru toh” kata Pak dokter Yoga.

“Emang bapak kira siapa ?” tanyanya lagi sambil menjatuhkan pantatnya pada bangku panjang dan duduk di
sebelah Yoga.

“Wow, hoki gua” kata pria itu dalam hati kegirangan.

“Dikirain suster ngesot yah, hahaha” timpal dokter Yoga mencairkan suasana. “Hehehe dikira suster
ngesot, nggak taunya suster cantik” sambung Yoga lagi tertawa untuk menghangatkan suasana.

“Kalau ternyata memang iya gimana Pak” kata gadis itu dengan suara pelan dan kepala tertunduk yang
kembali membuat pria itu merasa aneh.

Tiba-tiba gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan dan tertawa cekikikan.
“Hihihi…bapak dokter ini lucu ah, sering jaga malam kok digituin aja takut” tawanya.

“Wah-wah suster ini kayanya kebanyakan nonton film horror yah, daritadi udah dua kali bikin kita nahan
napas aja” kata Pak Yoga.

“Iya nih, suster baru kok nakal ya, awas Bapak laporin loh” kata Yoga menyenggol tubuh samping gadis
itu. Sebentar kemudian suster itu baru menghentikan tawanya, dia masih memegang perutnya yang
kegelian.

“Hihi…iya-iya maaf deh pak, emang saya suka cerita horror sih jadi kebawa-bawa deh” katanya.

“Sus kalau di tempat gini mending jangan omong macem-macem deh, soalnya yang gitu tuh emang ada loh”
sahut dakter Yoga dengan wajah serius.

“Iya Pak, sori deh” katanya “eh iya nama saya Farah Puspita, panggil aja Farah, suster baru disini,
maaf baru ngenalin diri…emmm Bapak dokter siapa yah?” sambil melihat ke dokter itu.

“Kalau saya Suherman, tapi biasa dipanggil Yoga aja, saya yang jadi dokter jaga di sini malam” pria
setengah baya itu memperkenalkan diri.

“Omong-omong Sus ini sudah lama di RS ini?” tanya si dokter.

“Ya belum sih” kata Suter Farah.

“Pantas baru saya lihat, saya sudah lihat namanya dalam jadwal tapi baru inilah saya lihat orangnya.
Cantik!” kata Yoga sambil memandang wajah cantik yang sedang mengobrol dengannya itu.

Malam itu dokter Yoga merasa beruntung sekali mendapat teman ngobrol seperti suster Farah, biasanya
suster-suster lain paling hanya tersenyum padanya atau sekedar memberi salam basa-basi. Maklumlah
mereka semua tahu kalau dokter Yoga sudah beristri dan punya dua anak.

Mereka pun terlibat obrolan ringan, pria itu tidak lagi mempedulikan buku bacaannya dan mengalihkan
perhatiannya pada suster Farah yang ayu itu. Sejak awal tadi dokter Yoga sudah terpesona dengan gadis
ini.

Pria normal mana yang tidak tertarik dengan gadis berkulit putih mulus berwajah kalem seperti itu,
rambut hitamnya disanggul ke belakang tampak terbayang walau tertutup dengan jilbab panjangnya yang
putihnya, tubuhnya yang padat dan montok itu lumayan tinggi (168 cm), pakaian perawat dengan bawahan
rok panjang itu menambah pesonanya.

Suster Farah sendiri baru berusia 24 tahun dan belum menikah. Untuk gadis secantik Farah sebenarnya
tidak begitu susah mendapat pasangan ditambah lagi dengan bodinya yang montok dan padat, tentu banyak
lelaki yang mau dengannya.

Tapi sejauh ini belum ada pria yang cocok di hati Suster Farah. Sebagai wanita alim berjilbab dia
sangat menjaga pergaulannya dengan lawan jenis. Namun malam ini dia gelisah juga melihat dokter Yoga
yang tampan dan gagah itu.

Sayang dia sudah beristri, keluh Suster Farah dalam hati. Namun hati kecilnya tidak dapat dibohongi
bahwa dia suka pada dokter Yoga itu.

Yoga, si dokter, makin mendekatkan duduknya dengan gadis itu sambil sesekali mencuri pandang ke arah
belahan dadanya membayang di balik baju panjang dan jilbab panjangnya.

Suasana malam yang dingin membuat nafsu pria itu mulai bangkit, apalagi Pak Yoga sudah seminggu tidak
ngentot istrinya karena lagi datang bulan dan walaupun istri Yoga lebih cantik dari Suster Farah, tapi
dalam hal bodinya tentu saja kualitasnya kalah dengan suster muda di sebelahnya ini.

Semakin lama dokter Yoga semakin berani menggoda suster muda yang alim itu dengan guyonan-guyonan
nakal dan obrolan yang menjurus ke porno. Suster Farah sendiri sepertinya hanya tersipu-sipu dengan
obrolan mereka yang lumayan jorok itu.

“Terus terang deh Sus, sejak Sus datang kok disini jadinya lebih hanget ya” kata Yoga sambil
meletakkan tangannya di lutut Farah dan mengelusnya ke atas sambil menarik rok panjang suter berjilbab
itu sehingga pahanya mulai sedikit tersingkap.

“Eh…jangan gitu dong Pak, mau saya gaplok yah ?!” Farah protes tapi kedua tangannya yang dilipat tetap
di meja tanpa berusaha menepis tangan pria itu yang mulai kurang ajar.

“Ah, Sus masa pegang gini aja gak boleh, lagian disini kan sepi gini, dingin lagi” katanya makin
berani, tangannya makin naik dan paha yang mulus itupun semakin terlihat.

“Pak saya marah nih, lepasin gak, bapak kan sudah punya istri, saya itung sampai tiga” wajah Farah
kelihatannya BT, matanya menatap tajam si dokter yang tersenyum mesum.

“Jangan marah dong Sus, mendingan kita seneng-seneng, ya?” sahut Dokter Yoga, entah sejak kapan tiba-
tiba saja pria tidak tau malu itu sudah di sebelahnya .

Dokter jaga itu dengan berani merangkul bahu Farah dan tangan satunya menyingkap rok suster muda itu
di sisi yang lain. Suster itu tidak bergeming, tidak ada tanda-tanda penolakan walau wajahnya masih
terlihat marah.

“Satu…” suster itu mulai menghitung namun orang itu malah makin kurang ajar, dan tangannya makin nakal
menggerayangi paha yang indah itu, “dua…!” suaranya makin serius.

Entah mengapa suster itu tidak langsung beranjak pergi atau berteriak saja ketika dilecehkan seperti
itu. Si pria yang sudah kerasukan nafsu itu menganggapnya sandiwara untuk meninggikan harga diri
sehingga dia malah semakin nafsu.

“Tig…” sebelum suster Farah menyelesaikan hitungannya dan bergerak, si dokteritu sudah lebih dulu
mendekapnya dan melumat bibirnya yang tipis.

“Mmm…mmhh !” suster itu berontak dan mendorong-dorong Yoga berusaha lepas dari dekapannya namun
tenaganya tentu kalah darinya, belum lagi dokter Yoga juga mendekapnya serta menaikkan rokknya lebih
tinggi lagi. Farah merasa hembusan angin malam menerpa paha mulusnya yang telah tersingkap, juga
tangan kasar dokter itu mengelusinya yang mau tak mau membuatnya terangsang.

“Aahh…jangan…mmhh !” Farah berhasil melepaskan diri dari cumbuan si dokter tapi cuma sebentar, karena
ruang geraknya terbatas bibir mungil itu kembali menjadi santapan Yoga.

Lalu tangan Pak Yoga mulai meremas-remas dadanya yang masih tertutup seragam suster dan jilbab
lebarnya – Yoga dapat merasakan kalau tetek suster alai mini masih kencang dan padat pertanda belum
pernah dijamah lelaki lain – sementara tangan satunya tetap mengelus paha indahnya yang menggiurkan.

Farah terus meronta, tapi sia-sia malah pakaian bawahnya semakin tersingkap dan jilbab lebar perawat
itu nyaris copot. Pak Yoga melepaskan jaket cardigan pinknya suster Farah sehingga tinggal baju
seragam perawatnya yang terlihat.

Lama-lama perlawanan suster Farah melemah, sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifnya telah meruntuhkan
pertahanannya. Birahinya bangkit dengan cepat apalagi suasananya sangat mendukung dengan hujan yang
masih mengguyur dan dinginnya malam.

Ditambah lagi hati kecil suka dengan dokter Yoga. Bulu kuduk Farah merinding merasakan sesuatu yang
basah dan hangat di lehernya. Ternyata dokter Yoga itu sedang menjilati lehernya yang jenjang dengan
menyingkapkan jilbab panjang suster alim itu, lidah itu bergerak menyapu daerah itu sehingga
menyebabkan tubuh Farah menggeliat menahan nikmat.

Mulut Farah yang tadinya tertutup rapat-rapat menolak lidah Yoga kini mulai membuka. Lidah kasap si
doketr itu langsung menyeruak masuk ke mulut suster berjilbab itu dan meraih lidahnya mengajaknya
beradu lidah.

Farah pun menanggapinya, lidahnya mulai saling jilat dengan lidah pria itu, liur mereka saling
tertukar. Sementara Pak Yoga mulai melucuti kancing bajunya dari atas dan sekaligus mencopot jilbab
panjang suster Farah.

Tangan perkasa dokter itu menyusup ke dalam cup branya, begitu menemukan putingnya benar-benar masih
kencang dan padat, belum terjamah lelaki lain lalu langsung dimain-mainkannya benda itu dengan
gemasnya.

Di tengah ketidak-berdayaannya melawan dokter brengsek itu, Farah semakin pasrah membiarkan tubuhnya
dijarah. Tangan doketr Yoga menjelajah semakin dalam, dibelainya paha dalam gadis itu hingga menyentuh
selangkangannya yang masih tertutup celana dalam.

Sementara baju atasan Farah juga semakin melorot sehingga terlihatlah bra biru di baliknya.

“Kita ke dalam aja biar lebih enak” kata Pak Yoga.

“Kamu emang kurang ajar yah, kita bisa dapet masalah kalau gak lepasin saya !” Farah masih
memperingatkan dokter itu.

“Udahlah Sus, kurang ajar- kurang ajar, kan lu juga suka ayo !” Yoga narik lengan suster itu bangkit
dari kursi. “Sus, seneng-seneng dikit napa? Dingin-dingin gini emang enaknya ditemenin cewek cantik
kaya Sus” lanjut Pak Yoga.

Dokter Yoga menggelandang suster alim itu ke ruang periksa pasien tempat mereka berjaga. Farah disuruh
naik ke sebuah ranjang periksa yang biasa dipakai untuk memeriksa pasien. Selanjutnya pria itu
langsung menggerayangi tubuh Virna yang terduduk di ranjang.

Yoga menarik lepas celana dalam gadis alim itu hingga terlepas, celana itu juga berwarna biru, satu
stel dengan branya. Kemudian ia berlutut di lantai, ditatapnya kemaluan suster alim itu yang ditumbuhi
bulu-bulu yang lebat, bulu itu agaknya rajin dirawat karena bagian tepiannya terlihat rapi sehingga
tidak lebat kemana-mana.

Farah dapat merasakan panasnya nafas pria itu di daerah sensitifnya. Pak Yoga mempreteli kancing baju
atasnya yang tersisa, lalu bra itu disingkapnya ke atas. Kini terlihatlah payudara suster Farah yang
berukuran sedang sebesar bakpao dengan putingnya berwarna coklat.

“Uuuhh…Pak!” desah Faraha ketika lidah Pak Yoga menelusuri gundukan buah dadanya. Lidah itu bergerak
liar menjilati seluruh payudara yang kencang dan padat itu tanpa ada yang terlewat, setelah basah
semua, dikenyotnya daging kenyal itu, puting mungil itu digigitinya dengan gemas.

“Aahh !” tubuh Farah tiba-tiba tersentak dan mendesah lebih panjang ketika dirasakannya lidah panas
Yoga mulai menyapu bibir vaginanya lalu menyusup masuk ke dalam. Maklum Yoga sudah pengalaman
merangsang wanita.

Farah sebagai gadis alim sebenarnya jijik melakukan hal ini dengan dokter Yoga ini, tapi rupanya
libidonya membuatnya melupakan perasaan itu sejenak. Mulut Pak Yoga kini merambat ke atas menciumi
bibirnya, sambil tangannya tetap menggerayangi payudaranya.

Kemudian dokter itu kembali menghisap memek suster ini, si dokter makin membenamkan wajahnya di
selangkangan Farah, lidahnya masuk makin dalam mengais-ngais liang kenikmatan suster muda itu
menyebabkan Farah menggelinjang dan mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepalanya Yoga.

“Nah, sekarang tinggal kita mulai Sus” kata Pak Yoga membuka pakaiannya “pokoknya malam ini Bapak
bakal muasin Sus hehehe!”

Farah tertegun melihat pria gagah itu sudah telanjang bulat di hadapannya, tubuhnya terbilang kekar,
penisnya yang sudah menegang itu lumayan besar juga dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat.

Dia naik ke ranjang ke atas tubuh gadis alim itu, wajah mereka saling bertatapan dalam jarak dekat.
Kali tanpa penghalang sebab jilbab panjang suster alim itu sudah dicopot dokter Yoga. Pak Yoga begitu
mengagumi wajah cantik Farah, dengan bibir tipis yang merah merekah, hidung bangir, dan sepasang mata
indah yang nampak sayu karena sedang menahan nafsu.

“Pak, apa ga pamali main di tempat ginian ?” tanya Farah.

“Ahh…iya sih tapi masabodo lah, yang penting kita seneng-seneng dulu hehehe” habis berkata dia
langsung melumat bibir gadis itu. Mereka berciuman dengan penuh gairah, Farah yang sudah tersangsang
berat itu melingkarkan tangannya memeluk tubuh Pak dokter Yoga.

Ia masih memakai seragam susternya yang sudah terbuka dan tersingkap di mana-mana, bagian roknya saja
sudah terangkat hingga pinggang sehingga kedua belah pahanya yang jenjang dan mulus sudah tidak
tertutup apapun.

Pak Yoga sudah seminggu lamanya tidak menikmati kehangatan tubuh wanita sebab istrinya lagi datang
bulan sehingga dia begitu bernafsu berciuman dan menggerayangi tubuh Farah. Mendapat kesempatan
bercinta dengan gadis seperti Farah bagaikan mendapat durian runtuh.

Belum pernah dia merasakan yang sesintal dan montok ini, bahkan istrinya pun tidak ada apa-apanya bila
dibandingkan dengannya meskipun lebih cantik dari pada Suster Farah.

Setelah lima menitan berciuman sambil bergesekan tubuh dan meraba-raba, mereka melepas bibir mereka
dengan nafas memburu.

Pak Yoga mendaratkan ciumannya kali ini ke lehernya. Kemudian mulutnya merambat turun ke payudaranya,
sebelumnya dibukanya terlebih dulu pengait bra yang terletak di depan agar lebih leluasa menikmati
dadanya.

“Eemmhh…aahhh…aahh !” desahnya menikmati hisapan-hisapan dokter jaga itu pada payudaranya, tangannya
memeluk kepala yang rambutnya lebat dan hitam itu.

Farah merasakan kedua putingnya semakin mengeras akibat rangsangan yang terus datang sejak tadi tanpa
henti. Sambil menyusu, pria itu juga mengobok-obok vaginanya, jari-jarinya masuk mengorek-ngorek liang
senggamanya membuat daerah itu semakin basah oleh lendir.

“Bapak masukin sekarang yah, udah ga tahan nih !” katanya di dekat telinga Farah.
Suster Farah hanya mengangguk. Pak Yoga langsung menempelkan penisnya ke mulut vagina gadis alim itu.
Terdengar desahan sensual dari mulut gadis itu ketika Pak Yoga menekan penisnya ke dalam.

“Uuhh…sempit banget Sus, masih perawan ga sih ?” erang pria itu sambil terus mendorong-dorongkan
penisnya.

Farah mengerang kesakitan dan mencengkram kuat lengan pria itu setiap kali penis itu terdorong masuk
ke dalam memeknya yang masih rapet itu. Setelah beberapa kali tarik dorong akhirnya penis itu
tertancap seluruhnya dalam vagina suster alim itu. Darah mengalir dari memek suter alim itu.

“Weleh-weleh, enaknya, legit banget Sus kalau masih perawan” komentar pria itu, “Belum pernah ngentot
ya Sus sebelumnya, kalo boleh tau ?”

Sebagai jawabannya Farah menarik wajah pria itu mendekat dan mencium bibirnya, agaknya dia tidak
berniat menjawab pertanyaan itu.

Pak Yoga mulai menggoyangkan pinggulnya memompa vagina gadis itu. Desahan tertahan terdengar dari
mulut Farah yang sedang berciuman. Pria itu memulai genjotan-genjotannya yang makin lama makin
bertenaga.

Lumayan juga sudah seusia hampir kepala empat tapi penisnya masih sekeras ini dan sanggup membuat
gadis alim itu menggelinjang. Dia mahir juga mengatur frekuensinya agar tidak terlalu cepat kehabisan
tenaga.

Sambil menggenjot mulutnya juga bekerja, kadang menciumi bibir gadis itu, kadang menggelitik
telinganya dengan lidah, kadang mencupangi lehernya. Suster Farah pun semakin terbuai dan menikmati
persetubuhan beda jenis ini.

Dia tidak menyangka pria seperti dokter itu sanggup membawanya melayang tinggi. Pria itu semakin
kencang menyodokkan penisnya dan mulutnya semakin menceracau, nampaknya dia akan segera orgasme.

“Malam masih panjang Pak, jangan buru-buru, biar saya yang gerak sekarang !” kata gadis perawat itu
tanpa malu-malu lagi.

Pak Yoga tersenyum mendengar permintaan suster itu. Merekapun bertukar posisi, Pak Yoga tiduran
telentang dan Farah menaiki penisnya. Batang itu digenggam dan diarahkan ke vaginanya, Farah lalu
menurunkan tubuhnya dan desahan terdengar dari mulutnya bersamaan dengan penis yang terbenam dalam
vaginanya.

Mata Pak Yoga membeliak saat penisnya terjepit diantara dinding kemaluan Farah yang sempit. Ia mulai
menggerakkan tubuhnya naik turun dengan kedua tangannya saling genggam dengan pria itu untuk menjaga
keseimbangan.

“Sssshhh…oohh…yah…aahh !” Farah mengerang sambil menaik-turunkan tubuhnya dengan penuh gairah.

Tangannya meraih ujung roknya lalu ditariknya ke atas seragam yang berupa terusan itu hingga terlepas
dari tubuhnya. Seragam itu dijatuhkannya di lantai sebelah ranjang itu, tidak lupa dilepaskannya pula
bra yang masih menyangkut di tubuhnya sehingga kini tubuhnya yang sudah telanjang bulat terekspos
dengan jelas.

Sungguh suster Farah memiliki tubuh yang sempurna, buah dadanya montok dan proporsional, perutnya rata
dan kencang, pahanya juga indah dan mulus, sebuah puisi kuno melukiskannya sebagai kecantikan yang
merobohkan kota dan meruntuhkan negara.

Kembali Farah dan dokter jaga itu memacu tubuhnya dalam posisi woman on top. Farah demikian liar
menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Pak dokter Yoga, dia merasakan kenikmatan saat penis itu
menggesek dinding vagina dan klitorisnya.

“Ayo manis, goyang terus…ahh…enak banget !” kata Pak Yoga sambil meremasi payudara gadis itu.

Wajah Farah yang bersemu merah karena terangsang berat itu sangat menggairahkan di mata Pak Yoga
sehingga dia menarik kepalanya ke bawah agar dapat mencium bibirnya.

Akhirnya Farah tidak tahan lagi, ia telah mencapai orgasmenya, mulutnya mengeluarkan desahan panjang.
Pak Yoga yang juga sudah dekat puncak mempercepat hentakan pinggulnya ke atas dan meremasi payudara
itu lebih kencang.

Ia merasakan cairan hangat meredam penisnya dan otot-otot vagina suster alim itu meremas-remasnya
sehingga tanpa dapat ditahan lagi spermanya tertumpah di dalam dan membanjir, maklum sudah seminnggu
gak dikeluarkan.

Setelah klimaksnya selesai tubuh Farah melemas dan tergolek di atas tubuh dokter itu. Virna yang baru
berusia 24 tahun itu begitu kontras dengan pria di bawahnya yang lebih pantas menjadi bapaknya, yang
satu begitu ranum dan segar sementara yang lain sudah agak tua.

“Asyik banget Sus, udah selama seminggu saya gak ginian loh !” ujar Pak Yoga dengan tersenyum puas.

“Gile nih malem, ga nyangka bisa dapet yang ginian” dia seperti masih belum percaya hal yang
dialaminya itu.

Ketika sedang asyik memandangi Farah, tiba-tiba Pak Yoga nafsunya bangkit lagi dan minta jatah sekali
lagi. Tangan Yoga terus saja menggerayangi tubuh Farah, kadang diremasnya payudara atau pantatnya
dengan keras sehingga memberi sensasi perih bercampur nikmat bagi gadis itu.
Sedangkan Pak Yoga sering menekan-nekan kepala gadis itu sehingga membuat Farah terkadang gelagapan.

“Gila nih doketer, barbar banget sih” kata Farah dalam hati.

Walau kewalahan diperlakukan seperti ini, namun tanpa dapat disangkal Farah juga merasakan nikmat yang
tak terkira. Tak lama kemudian Yoga menyiorongkan penisnya lalu berpindah ke mulut Farah.

Farah kini bersimpuh di depan pria yang senjatanya mengarah padanya menuntut untuk diservis olehnya.
Farah menggunakan tangan dan mulutnya bergantian melayani penis itu hingga akhirnya penis Yoga meledak
lebih dulu ketika ia menghisapnya.

Sperma si doketr langsung memenuhi mulut gadis itu, sebagian masuk ke kerongkongannya sebagian meleleh
di bibir indah itu karena banyaknya. Pria itu melenguh dan berkelejotan menikmati penisnya dihisap
gadis itu.

Tak lama kemudian Pak Yoga pun menyemburkan isi penisnya dalam kocokan Farah, cairan itu mengenai
wajah samping dan sebagian rambutnya. Tubuh Farah pun tak ayal lagi penuh dengan keringat dan sperma
yang berceceran.

“Sus hebat banget, sepongannya dahsyat, saya jadi kesengsem loh” puji Yoga ketika beristirahat
memulihkan tenaga.

“Sering-sering main sini yah Sus, saya kalau malem kan sering kesepian hehehe” goda Pak Yoga.

Farah tersenyum dengan hanya melihat pantulan di cermin, katanya, “Kenapa nggak, saya puas banget
malem ini, mulai sekarang saya pasti sering mendatangi dokter”

Jam telah menunjukkan pukul setengah dua kurang, berarti mereka telah bermain cinta selama hampir satu
setengah jam.
Farah pun berpamitan setelah memakai jaket pinknya dan memakai kembali jilbab putih panjangnya.
Sebelum berpisah ia menghadiahkan sebuah ciuman di mulut. Yoga membalas ciuman itu dengan bernafsu,
dipeluknya tubuh padat dan montok itu sambil meremas pantatnya selama dua menitan.

“Nakal yah, ok saya masuk dulu yah !” katanya sebelum membalik badan dan berlalu.

Lelah sekali Yoga setelah menguras tenaga dengan perawat alim yang cantik itu sehingga selama sisa
waktu itu agak terkantuk-kantuk. Setelah pagi mereka pun pulang dan tertidur di tempat masing-masing
dengan perasaan puas.

Setiap kali kalau ada jadwal piket bersama, mereka selalu ngentot. Dokter Yoga bermaksud menjadikan
Suster Farah yang alim berjilbab sebagai istri keduanya, oleh sebab itu dokter Yoga tidak memakai alat
kontrasepsi apa pun jika ngentot dengan Suster Farah.

Yoga ingin wanita alim itu hamil, hingga terpaksa mau menikah dengannya sebagai istri keduanya. Hebat
Dokter Yoga!– ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts